Desember 14, 2015

SURViVAL OF THE FiTTEST

istilah Survival Of The Fittest yang digunakan 150 tahun yang lalu merujuk pada seleksi alami makhluk hidup menghadapi evolusi, tampaknya masih relevan saat ini namun dalam konteks yang berbeda.

yang paling fit bukanlah yang terkuat menahan empasan musim atau adu otot lagi, melainkan mereka yang tahan menghadapi badai perubahan sosial dan teknologi yang tidak kenal ampun. kita melihat bagaimana perusahaan burger raksasa dan minuman klasik yang sudah seratus tahun mengalami kemunduran, perusahaan taksi yang sudah menjadi raja bertahun_tahun dihajar oleh perusahaan berbasis digital dan komunitas tanpa armada satu pun (you know what I mean)

inilah keadaan yang dalam istilah kemiliteran disebut dengan VUCA: Volatile, Uncertain, Complex dan Ambiguous. ini sama sekali bukan istilah baru, melainkan dengan perubahan yang semakin cepat kita semakin terdesak. Volatility, yaitu perubahan tidak terprediksi sama sekali dan tak tentu arah. Uncertain, yaitu hal besar yang disruptive datang dengan irama yang tidak terduga dan bertubi_tubi. data lama tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi masa depan, akibat realita yang sudah berbeda sama sekali. Complexity yaitu sebab akibat terjadi bukan antara 2 faktor atau keadaan saja, tetapi terdiri atas puluhan faktor yang berinterelasi satu sama lain. Ambiguity yaitu pertanyaan who, why, what, where, when, how yang sulit dijawab dengan tepat karena banyak hal yang tidak memiliki deskripsi yang pasti.

tinggal kita memilih apakah mau ikut bermain di tengah keadaan disruptif ini, atau bengong menunggu dan tetap menikmati sisa_sisa kejayaan di masa lalu. berubahnya keadaan ini tidak main_main. bertambahnya manusia yang membuat jalanan penuh sesak, makanan rekayasa genetik untuk mendorong produksi, hutan yang sengaja dibakar demi lahan sawit berkonflik dengan kepentingan membuat keuntungan yang pada akhirnya juga menyejahterakan karyawan masing_masing lembaga. namun, perkembangan teknologi jugalah yang menyebabkan orang bisa menjual hal hal yang tidak teraga tanpa perlu mengeluarkan banyak modal seperti keadaan beberapa dekade yang lalu.

guys, kita tidak bisa bertahan lagi dengan manajemen penuh kontrol, sistem, otonomi, one man show, obsesi pada KPI, apalagi pada brand yang sudah ada. kita perlu berkomunikasi, berbahasa, berorganisasi, secara simpel tetapi dengan gaya baru. pergeseran mindset-nya adalah dari yang 'merasa benar' menjadi sosok yang selalu siap menavigasi, berorientasi, dan bertindak dalam sesaat.

~managing complexity is a battle between emergence and entropy~ (kompas 051215)